Program Kerja Perpustakaan Sekolah sebagai Strategi Peningkatan Minat Baca Siswa

 Program Kerja 
Perpustakaan Sekolah sebagai
Strategi Peningkatan Minat Baca Siswa 

 

Pendahuluan

Upaya peningkatan dan penggalakkan gerakan litarasi di sekolah memang sudah selayaknya dilakukan secara bergotong royong dengan melibatkan berbagai pihak terkait agar percepatan pencapaian para siswa yang literat dapat terjadi. Mengapa perlu dipercepat? PISA yang digunakan sebagai acuan pemerintah dalam mengukur tingkat literasi para siswa menunjukkan bahwa pada tahun 2000, skor literasi yang dicapai Indonesia adalah 371. Angka meningkat menjadi 402 pada tahun 2009 dan melandai kembali ke angka 371 pada tahun 2018. Perlu dicatat pula bahwa pemerintah menerapkan Gerakan Literasi Indonesia pada tahun 2015. Rendahnya angka ini menunjukkan bahwa siswa kita tidak mampu menemukan gagasan utama maupun informasi penting dalam suatu teks pendek. Artinya, para siswa dapat saja membaca namun mereka kurang dapat memahami isi bacaan tersebut.


 



Asesmen Nasional yang pelaksanaannya sudah diterapkan tahun 2021 sebagai pengganti Ujian Nasional dilaksanakan sebagai upaya untuk lebih menggalakkan kemampuan literasi para siswa. Para siswa kelas 5 SD, kelas 8 tingkat SMP dan kelas 11 tingkat SMA dipilih secara acak untuk diases. Asesmen kompetensi minimun yang mencakup Literasi dan Numerasi ini diharapkan akan menunjukkan hasil belajar kognitif siswa.  Asesmen nasional mengukur literasi dan numerasi karena literasu membaca dan numerasi adalah dua kompetensi minimum bagi murid untuk bisa belajar sepanjang hayat dan berkontribusi pada masyarakat. Lebih jauh, hasil Asesmen Nasional digunakan untuk mendiagnosis masalah dan perencaan perbaikan pembelajaran oleh guru, kepala sekolah dan dinas pendidilkan. Hasil asesmen nasional tidak digunakan sebagai ukuran atau nilai acuan para kompetesi akademik para siswa atau sekolahnya.

 

 



Setelah dua kali pertemuan online, akhirnya jumpa onsite di pertemuan ke-3.

Minat baca untuk Pustakawan SD DKI Jakarta

Secara pribadi saya senang dengan upaya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (sekalang Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi DKI Jakarta. Dikutip dari laman https://lpmpdki.kemdikbud.go.id/profil/, perumbahan LPMP menjadi BPMP terjadi  pada tahun 2022 saat LPMP bertransformasi kembali menjadi BPMP (Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan, BPMP merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Adalah tepat jika BPMP mengambil inisiatif dan pro aktif dalam membina para pustakawan ataupun guru penggerak literasi untuk memahami peran mereka sebagai penggerak di skolah untuk penggerakan literasi yang semakin galak implementasinya saat ini.

 

Ijah Rochimah Boru Sagala, S.Pd menghubungi saya untuk menjadi salah satu nara sumner di acara bertajuk “Membangun Minat Membaca Anak Melalui Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah” yang diadakan dua kali pada tanggal 15 Juli dan 16 Agustus 2022 secara online. Pertemuan ke-tiga ternyata diadakan secara offline dan para narasumber dapat bertemu muka dengan para peserta.

 

Asesmen Nasional dan Perpustakaan Sekolah

Pada pertemuan pertama, pembahasan materi dibuka dengan angka PISA yagn disebutkan diaras, Asesmen Nasional dan Raport Pendidikan Punlim 2022 untuk jejang SD/Sederajat Provisni DKI Jakarta. Output capaian hasil belajar menunjukkan bahwa hasil asesmen literasi di jenjang SD/Sederajat Provinsi DKI Jakarta untuk Literasi adalah mencapai kompetensi minimum, yang artinya sebagaian besar murid telah mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca namun perlu upaya mendorong lebih banyak murid untuk menjadi mahir.

 

Perpustakaan sekolah sebagai unit support kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat mengembangkan program perpustakaan yang melibatkan para guru dan kepala sekolah agar hasil yang dicapai, yaitu para siswa yang mulai tumbuh atau para siswa yang sudah menyukai- kegiatan membaca ini- lebih maksimal. 

 

Apa itu program perpustakaan sekolah?

Menurut IFLA School Library Guidelines  2015, program perpustakaan sekolah merupakan serangkaian kegiatan belajar mengajar komprehensif dan terencana yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan literasi informasi dan media, penelitian dan keterampilan inquiry, membaca, keterampilan digital dan literasi lainnya yang terkait dengan berbagai kompetensi  berbasis kurikulum. Definisi program ini menunjukkan bahwa program perpustakaan sekolah merupakan bagian dari kegiatan belajar menhadar yang perlu direncanakan dan dirancang buikan saja untuk menunjang kegiatan membaca namun juga keterampilan dasar lainnya yaitu literasi informasi dan media, penelitian dan keterampilam berpikir kritis serta keterampilan digital berbasis kurikulum. 

 

Program Perpustakaan dan Program Kegiatan

Program perpustakaan dalam perencanaan pengembangan perpustakaan bisa mencakup dua bagian yaitu perencanaan pengembangan infrastruktur informasi dan perencanaan pengembangan layanan langsung ke guru dan siswa. Program pengembangan infrastruktur informasi memperhatikan aspek fisik sarana dan prasarana perpustakaan seperta penambahan koleksi perpustakaan. Sedangkan perencanaan layanan langsung ke guru dan siswa merupakan program kegiatan perpustakaan. Infrastruktur informasi dan layanan langsung ke para guru dan siswa inilah menurut David V. Loertsche (2004) merupakan dua landasan dasar program perpustakaan untuk meningkatkan pencapaian akademis para siswa.

 

Program layanan langsung kepada guru dan siswa tidak hanya mencakup kegiatan gemar membaca semata. Meskipun tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini, untuk banyak kegiatan literasi difokuskan pada pengembangan minat baca. Lebih lanjtu Loertsche menyebutkan ada empat area program kegiatan perpustakaan yang dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan kegiatan yang dapat diterapkan bagi guru dan siswa. Empat area program kegiatan perpustakaan tersebut mencakup: a. kolaborasi instruksional; b. membaca; c. pembelajaran melalui teknologi dan d. literasi informasi. Saya tidak akan membahas ke empat cakupan tersebut disini. Pembahasan ini dibawakan saat ada pelatihan pengembangan program perpustakaan sekolah yang diselenggarakan APISI, baik itu dalam kelas Pendek, Pelatihan ataupun Pelatihan dengan kerjasama kemitraan.


Pada saat acar berlangsung, para peserta diminta untuk merancang program untuk perpustakaan sekolah. Beberapa peserta mempunyai ide-ide kegiatan literasi yang menarik, misalnya SND Semper Barat 07 mempunyai ide KOBALING yaitu Kotak Baca Keliling, yang sangar ideal untuk koleksi perpustakaan yang terbatas. Lebih-lebih KOBALING ini mendorong terbentuknya pustakawan cilik yang disebut sebagai Duta KOBALING yang berperan aktif dalam merotasi buku-buku dałam kotak tersebut, SDN Jagakarsa 02 Pagi, misalnya, juga memaparkan program Membaca Bersama Perpustakaan Keliling dan Wisata Literasi dari Sudin Perpustakaan Jakarta Selatan. 



Penyampaian Rencana Program Perpustakaan sekolah oleh peserta saat pertemuan onsite. Jauh lebih kaya dan berraksa dibandingkan saat online

 

Contoh Program Kegiatan Perpustakaan Sekolah

Ada beberapa contoh kegiatan perpustakaan sekolah yang disesuaikan dengan area program yang disebut oleh Loertsche.

 

Area program membaca di perpustakaan sekolah:

 

Membaca Bersama Ayahbunda 

Kegiatan ini melibatkan peran orang tua siswa yang dapat diundang untuk acara tertentu atau yang memang dijadwalkan untuk dilakukan di perpustakaan dalam waktu yang sudah ditentukan lebih dulu.

 

Kakak, Bacakan Aku Cerita

Kegiatan ini cocok dilakukan jika sekolah yang sama mempunyai level pendidikan dari PAUD/KB/TK hingga Menengah Atas. Tehnik pelaksanaannya mirip dengan Membaca bersama Ayahbunda namun yang akan membacakan cerita adalah para siswa Menengah kepada adik-adiknya di tingkat PAUD/KB/TK. 

 

Gank Buku

Kegiatan ini mirip dengan Book Club pada umumnya. Bisa dimasukkan sebagai salah satu pilihan ekskul sekolah jika memungkinkan

 

Ceritaku Hari Ini

Kegiatan ini merupakan kegiatan bercerita para siswa di depan teman-temannya. Kegiatan ini bisa disepakati bersama lebih dulu dan secara konsisten diterapkan pada waktu dan tempat yang sudah disepakati bersama.



Bersama Panitia dari BPMP Provinsi DKI Jakarta, Chaidir Amir dari Perpustakaan Kemdikbudristek



Comments