Literasi Informasi di Sekolah: Penerapan POLA LISA untuk Penyelesaian Karya Ilmiah Siswa Kelas 12
Literasi Informasi di Sekolah:
Penerapan POLA LISA untuk Penyelesaian
Karya Ilmiah Siswa Kelas 12
oleh Hanna C George - Latuputty
POLA LISA merupakan sebuah model
penerapan literasi informasi sekolah menengah pertama Santa Angela, Bandung.
Meskipun demikian, pola ini juga relevan bagi siswa yang harus menyelesaikan
karya ilmiah sebagai tugas akhir mereka di sekolah menengah atas.
Tulisan ini akan membahas secara umum konsep
literasi informasi di sekolah menengah atas serta implementasi POLA LISA untuk
memudahkan penerapannya. Pustakawan sekolah akan mendapatkan gambaran utuh
proses kegiatan belajar mengajar siswa dan kaitannya dengan program
perpustakaan serta bagaimana langkah siswa dalam menyelesaikan karya ilmiahnya.
1. Definisi
Ada banyak definisi yang dibuat oleh
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia akademisi, lembaga pendidikan ataupun
asosiasi profesi pustakawan atau perpustakaan tentang apa itu literasi
informasi. Dari beragam sumber dan definisi yang ada, penulis merumuskan
literasi informasi sebagai seperangkat keterampilan untuk memecahkan masalah
ataupun membuat keputusan, baik untuk
kepentingan akademisi ataupun pribadi, melalui proses pencarian, penemuan dan
pemanfaatan informasi dari beragam sumber serta mengkomunikasikan pengetahuan baru
ini dengan efisien, efektif dan beretika (George, 2012:10). Dalam
implementasi di sekolah-sekolah menengah atas, literasi informasi merupakan
langkah-langkah terampil dalam menggunakan informasi untuk tugas penelitian
sekolah atau karya ilmiah serta menuliskannya dengan efisien, efektif dan
beretika.
Keterampilan yang
diperlukan siswa dalam kegiatan berliterasi informasi ini mencakup:
1.1 Keterampilan
membaca, termasuk membaca cepat, keterampilan untuk memahami kapan siswa perlu
melakukan scanning dan skimming.
Keterampilan membaca ini tidak serta merta dapat langsung diperoleh siswa tanpa
pembiasaan sejak dini. Dengan demikian,
kegemaran membaca atau kebiasaan membaca merupakan syarat mutlak bagi
pengembangan keterampilan literasi informasi siswa di tingat sekolah menegah
pertama maupun atas. Orang tua, guru dan pustakawan perlu sungguh-sungguh menciptakan
suasana 'tidak bisa tidak membaca' bagi para siswa yang masih berada di tingkat
PAUD maupun Sekolah Dasar.
1.2. Keterampilan menggunakan
sumber-sumber informasi baik yang ada di perpustakaan sekolah maupun sumber
informasi lainnya. Sumber-sumber informasi yang ada dalam perpustakaan sekolah,
mencakup sumber-sumber non fiksi baik berupa buku maupun bentuk non buku
lainnya, koleksi referensi, majalah, surat kabar, online database dan sebagainnya. Para siswa sejak dini sudah
diperkenalkan bagaimana menggunakan sumber-sumber informasi ini. Selain, itu
mereka juga perlu tahu bahwa informasi juga dapat diperoleh dari lingkungan
sekitar mereka termasuk orang-orang yang terkait dalam subjek penelitian/ project maupun tulisan yang sedang
dikerjakan.
1.3. Keterampilan
memilih, memilah, memahami serta mengambil intisari isi tulisan dari
sumber-sumber informasi yang digunakan. Lebih dari itu, para siswa juga perlu
terampil dalam menyelaraskan pokok-pokok pikiran dari beragam sumber informasi
yang diperolehnya untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian. Hal ini
juga penting untuk berargumentasi ataupun mencari fakta guna memperkuat
argumentasi yang muncul sebagai ide orisinal siswa dengan efisien dan efektif.
Kemampuan menyusun pokok pikiran juga merupakan keterampilan penting lainnya
dalam konteks menuliskan hasil pemikiran atau jawaban atas permasalahan yang
muncul sebagai pertanyaan penelitiannya.
1.4. Keterampilan
menulis, khususnya menulis ilmiah. Biasanya keterampilan menulis menjadi bagian
dari mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pihak perpustakaan dapat saja bekerja sama dengan guru pengampu kegiatan
menulis ini untuk memastikan para siswa mengerti bagaimana tehnik menulis
ilmiah.
1.5. Keterampilan
menggunakan informasi secara beretika. Siswa perlu menyadari akan rambu-rambu
etika dalam menggunakan informasi yang diperolehnya dari beragam sumber-sumber
informasi yang diperolehnya. Keterampilan ini akan menghidari mereka dari
ketidaktahuan akan praktik plagiarisme. Para siswa hendaknya memahami bagaimana
mereka menggunakan sitasi tertentu dan menerapkannya secara konsisten. Beberapa
contoh format gaya sitasi misalnya: APA (American
Psychological Association), MLA (Modern
Language Associtation), Chicago/Turabian dan sebagainya. Saat ini suda ada
beberapa sarana di internet yang memungkinkan akses gratis untuk menuntun cara
melakukan sitasi dari beragam sumber informasi secara cepat dan sangat menolong
para siswa dalam melakukan kutipan maupun menuliskan referensi dari tulisan
ilmiah mereka, misalnya www.easybib.com yang memungkinkan penggunaan format MLA
secara gratis, atau www.bibme.org yang memberikan tuntunan cara melakukan
sitasi dari gaya sitasi APA, MLA, Chicago/Turabian.
2. Langkah-langkah Siswa dalam
Berliterasi Informasi
Langkah literasi informasi bagi para siswa yang akan menulis
karya ilmiah mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
2.1. TUGAS/PERTANYAAN PENELITIAN
Bagi siswa yang akan menyelesaikan karya ilmiahnya, siklus
pertama yaitu perumusan pertanyaan penelitian merupakan langkah awal yang
penting sebelum penelitian dilakukan. Siswa perlu memahami apa yang menjadi
pokok permasalahan dan menentukan cakupan pertanyaan penelitian secara tepat,
tidak terlalu umum maupun tidak terlalu khusus.
2.2 PENCARIAN INFORMASI
Setelah mengetahui permasalahan atau pertanyaan penelitian, maka siswa
perlu mengakses informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalahnya. Akses
informasi dapat dilakukan dengan menggunakan internet melalui mesin pencari
Google, misalnya atau ke situs perpustakaan yang memberikan akses online database secara gratis seperti
Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas). Perpusnas memungkinkan anggotanya yang
sudah memiliki nomor anggota untuk memanfaatkan layanan koleksi digital
terpasang (e-resources) yang mereka
langgan. Selain itu siswa dapat
menggunakan koleksi yan gada di perpustakaan sekolahnya, perpustakaan daerah
atau propinsi serta jenis perpustakaan lain yang memungkinkan.
2.3. PENGUMPULAN INFORMASI
Dari akses informasi di atas, siswa kemudian akan mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Pengumpulan informasi ini dapat berasal dari
berbagai sumber informasi yang berbeda-beda, misalnya dari buku, artikel surat
kabar, artikel jurnal ilmiah tercetak
ataupun online, dokumen, wawancara
dan sebagainya. Mengumpulkan informasi
ini berarti siswa menentukan informasi mana yang mereka perlukan dari beragam
sumber informasi yang diperoleh. Proses pengumpulan informasi ini berarti menyaring
informasi mana yang dianggap tepat dan mempunyai keterkaitan langsung baik itu
sebagai sumber informasi primer, sekunder maupun tertier yang tepat untuk mendukung
argumentasi atau temuan . jawaban atas pertanyaan penelitiannya.
2.4. PENYELARASAN INFORMASI
Informasi yang sudah dikumpulkan tadi, perlu diselaraskan
untuk menghasilkan suatu pemahaman baru serta menjawab pertanyaan penelitian di
awal siklus tasi. Dalam tahap ini, proses knowledge
construction dari siswa terjadi. Siswa menyusun informasi yang diperolehnya
bersamaan dengan membangun sebuah pengetahuan baru yang diperolehnya setelah ia
menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tadi. Penyelarasan informasi
berkaitan erat dengan penyampaian pokok-pokok pikiran yang runtut, logic dan teratur dalam membangun sebuah
bentuk tulisan.
2.5. PEMANFAATAN INFORMASI
Pemanfaatan informasi merupakan wujud konkrit dari jawaban
pertanyaan penelitian ataupun permasalahan. Bagi siswa, hal yang dilakukan
untuk pemanfaatan informasi ini adalah menulis karya ilmiahnya. Proses ini
dapat dilakukan bersamaan atau memulainya setelah proses penyelarasan informasi
terjadi. Dalam proses ini, etika siswa
dalam menggunakan informasi perlu diperhatikan. Adalah lebih baik lagi jika,
pada proses penyelarasan informasi, siswa sudah menyadari bahwa mereka sudah harus
menuliskan sumber darimana informasi
yang dikumpulkan. Para siswa perlu memahami, misalnya, kapan mereka dapat
mengutip utuh informasi atau kapan harus menulis ulang (to paraphrase) informasi
yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Etika penggunaan informasi
menolong para siswa untuk menghindari praktik plagiat. Mereka paham bahwa copy dan paste informasi yang diperoleh dari internet tanpa menyebut
sumbernya, misalnya, tidak etis dan merupakan perbuatan tidak jujur. Hal ini
sama sekali tidak mencerminkan integritas intelektual mereka.
Setelah penulisan karya ilmiah selesai, hal penting yang
harus dilakukan juga adalah evaluasi oleh siswa sendiri maupun oleh guru dan
teman-temannya. Evaluasi isi merupakan masukan yang diberikan oleh guru ataupun
teman-temannya setelah siswa mempresentasikan hasil karyanya, jika memang ada
kegiatan ini. Evaluasi proses merupakan evaluasi kegiatan siswa tersebut mulai dari perumusan
pertanyaan penelitian hingga tahap terakhir evaluasi isi. Dari sini, siswa
mempunyai proses pembelajaran baru dan utuh. Apa yang diperolehnya dari proses
awal hingga akhir termasuk pada pemecahan masalah atau jawaban atas pertanyaan
penelitiannya akan tersimpan dalam 'perpustakaan pribadinya' serta akan dapat
digunakan kembali sewaktu - waktu di masa yang akan datang, baik untuk
keperluan pribadinya ataupun untuk orang lain.
Dalam bagan POLA LISA terdapat tiga bagian besar yang
mempunyai arti wilayah yang berbeda-beda. Ketiga wilayah itu mencakup:
3.1 Perpustakaan
Ini adalah program-program yang dikembangkan oleh
perpustakaan bagi para siswa yang mencakup: library
skills; membaca bebas; membuat sinopsis buku dan majalah; menonton film dan
tehnik penelusuran internet.
3.2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Beragam mata pelajaran yang diajarkan siswa di sekolah berada
pada wilayah ini, dan guru - guru mata pelajaran ini biasanya sering
menggunakan perpustakaan sekolah dalam kegiatan pembelajaran mereka selain di
kelas.
3.3. Langkah-langkah Literasi Informasi
Langkah-langkah ini sudah dijabarkan pada halaman sebelumnya,
namun perlu dijelaskan di sini yaitu pencarian informasi yang menggunakan
beragam sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan seperti majalah, buku,
video maupun internet.
Program-program yang dilaksanakan oleh perpustakaan
diharapkan menjadi keterampilan yang sudah dikuasai siswa. Dengan demikian,
ketika para guru dalam KBM mengirimkan para siswanya ke perpustakaan untuk
menyelesaikan sebah project atau karya ilmiah dalam mata pelajaran apapun,
para siswa dapat melewati langkah-langkah LI dengan dasar kemampuan dari
program perpustakaan yang sudah diterima sebelumnya.
Figure 1: POLA LISA
4. Mengapa
Literasi Informasi itu penting?
Lepas dari implementasi literasi informasi dalam konteks
pembuatan karya ilmiah bagi siswa SMA, literasi informasi menjadi sebuah
komponen penting setelah kegiatan gemar membaca didengungkan. Literasi informasi
menjadi bagian yang selalu dikampanyekan dan dipromosikan oleh organisasi
profesi pekerja profesional informasi sekolah dalam kaitan mendorong peranan
perpustakaan sekolah.
Kegiatan literasi informasi menjadi penting karena ada
beberapa faktor:
4.1. Meningkatkan pemahaman bacaaan (reading comprehension),
kemampuan pembelajaran dan produk penelitian (Farmer & Henri, 2008).
Siswa yang selalu berinteraksi dengan informasi dalam proses
pembelajarannya, secara tidak langsung akan mengasah kemampuan pemahaman
bacaannya. Pola literasi informasi jika
dibiasakan pada siswa dalam proses pembelajarannya maka kemampuan pembelajaran
siswa serta produk penelitiannya akan meningkat.
4.2. Siswa
yang memperoleh keterampilan literasi informasi di sekolah menengah akan lebih
sukses di pendidikan tinggi (Farmer & Henri, 2008).
Pembiasaan pada siswa dengan menerapkan siklus literasi
informasi dapat dikatakan sebagai bekal mereka memasuki dunia pendidikan di
perguruan tinggi. Pembelajaran mandiri di perguruan tinggi tidak lagi menjadi
hal yang asing, baru atau menyulitkan bagi para siswa yang sudah terbiasa
dengan literasi informasi.
4.3. Siswa yang memperoleh keterampilan literasi informasi
diharapkan nantinya akan menjadi pembelajar seumur hidup
5. Strategi Penerapan Program
Literasi Informasi sebagai bagian Program Perpustakaan oleh Pustakawan
Sekolah
Setelah memahami pentingnya implementasi literasi informasi
bagi para siswa di SMA, pustakawan perlu mengembangkan strategi sebelum program
ini benar-benar dapat diterapkan sebagai program perpustakaan.
5.1. Dukungan dari Kepala Sekolah
Pustakawan perlu membukakan konsep literasi informasi ini
kepada kepala sekolah dan memastikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang sama
dan menyadari pentingnya program literasi informasi sebagai bagian dari progam
perpustakaan. Dukungan ini menjadi penting karena pada pelaksanaannya, ada
hal-hal lain yang perlu dikembangkan oleh perpustakaan sekolah agar program
literasi informasi ini berhasil. Pertama, koleksi yang nantinya akan perlu
dikembangkan sesuai dengan mata pelajaran yang ada. Kedua, tidak semua guru
melihat kegiatan ini penting. Jika kepala sekolah sudah menyetujui program ini
serta memberi dukungan penuh pada pustakawan sekolah, tentunya ia dapat
'mengatur' para guru untuk terlibat dalam program ini. Ketiga, jika program ini
berkembang, maka pustakawan sekolah akan memerlukan ˆpengembangan
keprofesionalan berkelanjutan (PKB).
Terlebih yang menyangkut keterlibatan teknologi informasi. Harapannya, kepala
sekolah akan memberi dukungan pada pustakawannya untuk melakukan PKB ini agar
program literasi informasi dapat terus berkembang.
5.2. Kolaborasi
pustakawan sekolah dan guru (Farmer & Henri, 2008)
Pustakawan dapat melakukan pendekatan personal ke guru-guru
mata pelajaran tertentu untuk implemetasi literasi informasi. Hal ini dapat
dilakukan jika pendekatan ke kepala sekolah agak terhambat. Intinya, perlu ada
pengalaman sukses yang menguntungkan siswa dan guru melalui kegiatan literasi
informasi ini. Harapannya, kesuksesan ini akan diketahui lebih banyak guru lagi
untuk kemudian dapat 'dilaporkan' kepada kepala sekolah untuk mendapat dukungan
dan ditindaklanjuti.
5.3. Strategi pendidikan literasi informasi
Bruce (1994) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat
dilakukan terkait dengan pendidikan literasi informasi ini seperti:
5.3.1. Mengintegrasikan komponen literasi informasi dalam kurikulum
5.3.2. Mengintegrasikan komponen literasi informasi dalam satu atau dua
mata pelajaran
5.3.3. Memperkenalkan mata pelajaran khusus aspek-aspek literasi
informasi
5.3.4. Mengadakan seminar atau pelatihan penelitian
5.3.5. Mengadakan kegiatan ektrakurikuler literasi informasi bagi siswa
yang diselenggarakan
oleh perpustakaan
6. So,
what next?
Hal apa yang diharapkan selanjutnya jika siswa sudah terbiasa
dengan POLA LISA? Para siswa diharapkan menjadi pembelajar seumur hidup.
Belajar bukan lagi sesuatu yang berat, melainkan menjadi gaya hidupnya ketika
ia menghadapi berbagai persoalan baik di lingkungan akademisi maupun di lingkungan
rumah dan masyarakat. Gaya belajar yang
sudah melekat pada siswa ini akan terus menjadi pola mereka dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi maupun dalam membuat keputusan. Mereka menjadi siswa
yang cerdas berinformasi dan kemudian dapat memenuhi amanah visi pendidikan
yaitu menjadikan mereka pembelajar seumur hidup dan pada akhirnya akan menjadi
warga negara yang bertanggungjawab. Bagan
Media and Information Literacy Concept
yang dikembangkan dari konsep Media and
Information Literacy oleh UNESCO dibawah ini akan memberikan gambaran utuh
tentang bagaimana komponen literasi informasi dan literasi media mempunyai
peranan penting dalam mewujudkan Pemerintahan yang Baik dan Demokrasi.
Figure 2: MIL Concept and Application
Scheme
Rujukan:
Bruce, Christine.
1994. Information Literacy Blueprint. Melalui http://www.griffith.edu.au/text/ins/training/computing/web/blueprint/conte nt_blueprint.html [2/9/12]
Farmer,Lesley S.Jand
Henri, James. 2008. Information Literacy Assessment in K-12 Setting. Maryland:
Scarecrow Press. hlm 13 - 23
George, H. C.
(2012). Literasi Informasi Perpustakaan Sekolah : Studi Kasus Penerapan Program
Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah Santa Angela Bandung. Bandung :
Universitas Padjadjaran, pp. 10,
135-160.
Comments
terima kasih
Sila email saya di: hanna@apisi.org
untuk artikel lengkapnya.
saya sedang mendalami subjek literasi informasi juga, tulisan yang sangat menarik bagi saya.. berharap dapat berdiskusi lebih lanjut ^_^
salam kenal dari Nurasmi (librarian, dari Pekanbaru Riau
untuk bahan workshop literasi informasi didaerah saya