"Indonesian Day" di Dickens Library, British International School, Tangerang: display dengan 3 hari persiapan.
Satu minggu sebelum hari Indonesian Day di sekolah kami, Kepala Sekolah meminta saya untuk menjadikan perpustakaan a vibrate library dalam rangka perayaan Indonesian Day. Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengundang rekan dari Taman Mini Indonesia Indah yang memang sudah mempunyai jadwal tetap datang ke British School untuk melatih para penari yang adalah karyawan BIS untuk Indonesian Day yang jatuh tanggal 28 Maret 2014. Tarian daerah tahun ini berasal dari Sumatra Utara. So, saya pikir mas Andy bisa membantu display heboh dengan tema yang sama dari Sumatra Utara. Rapat untuk berkonsolidasi dilakukan namun sayangnya rencana ini harus batal, karena mentok di anggaran. Padahal itu hari Selasa, dan Indonesian Day jatuh pada hari Jumat. Maaf Mas Andy, masalah anggaran di luar wewenang saya. Semoga kerjasama kita bisa terlaksana lain waktu ya.
Otak saya berputar cepat. Dengan waktu mepet, bagaimana caranya supaya perpustakaan bisa membuat display yang berbeda seperti yang diinginkan Kepala Sekolah? Informasi tentang Sumatra Utara relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber yang kami miliki. Bagaimana dengan 'penampilan' perpustakaan? Dekorasi macam apa yang cocok? Dengan waktu yang tersisa hanya hingga hari Kamis, dan sekarang hari Selasa. Tiga hari, atau dua setengah hari. Rasanya yang berputar bukan saja otak, tapi kedua mata juga ikut muter-muter.
Ok.
Pertimbangannya seperti ini: sentuhan apa yang harus dibuat agar meski sederhana, preparation nya tidak memakan waktu lama namun dapat memberi efek vibrate. Think...think....thinkkk...
Voila...ini pemikiran yang muncul:
- Pintu masuk, merupakan pintu utama pemandangan awal para pengunjung yang perlu ditangkap untuk mendapatkan kesan vibrate saat masuk ke perpustakaan. So perlu didekor heboh.
- Dekorasi di dalam perpustakaan dapat memanfaatkan sarana yang dimiliki perpustakaan atau sekolah, tanpa ekstra kerja keras yang makan waktu, namun bisa memberi kesan 'wah' setelah pengunjung masuk perpustakaan. Apa itu ya?
- Waktu tinggal dua hari lagi, perpustakaan tetap harus buka sehingga pendekorasian dilakukan dalam jam layan perpustakaan.
Baiklah.
Ini ide yang tercetus:
- Pintu masuk diberi janur seperti pesta pernikahan. Hal terpenting, menangkan perhatian 'beda' dari pengunjung.
- Mencari informasi tentang Sumatra Utara untuk didisplay di tangga pintu masuk lewat buku-buku yang dimiliki perpustakaan dan internet
- Menggantung kain-kain batik dari berbagai daerah di Indonesia di area perpustakaan
- Menghubungi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk bahan-bahan display tentang pariwisata di Indonesia. (Sayangnya, kami tidak mempunyai waktu lagi untuk berkungjung ke kantor ini untuk mengambil benda-benda display. Namun, dari website mereka,kami menemukan video menarik tentang kuliner Indonesia, yang kami putar selama hari itu. Barang-barang ini kemudian kami ambil setelah beberapa minggu kemudian. Semua kami dapatkan secara CUMA CUMA)
Mari dieksekusi!
Hari Rabu.
Berhubung waktu mepet, yang terpikir untuk display kain-kain batik adalah dengan MEMINJAM koleksi teman-teman BIS. Pagi hari, berkunjunglah saya ke gedung admin dan menemui teman-teman di sana dengan mengungkapkan maksud tujuan peminjaman kain-kain batik tadi. Dicatat nama-nama DAN nomor telepon mereka, agar mudah diingatkan nantinya. Inilah contoh sederhana kekuatan berjejaring dan berteman baik (semoga mereka juga melihat hal yang sama ya :)). Teman-teman dengan sukarela menyatakan kesediaannya untuk membawa beberapa koleksi mereka.
Setelah urusan pinjam meminjam selesai, mari ke Pasar Lembang, Cileduk bersama Dape dan pak Yanyan-supir sekolah-, mencari jasa membuat janur kuning. Diskusi berlangsung singkat, dan sepakat menentukan pilihan serta memberi uang muka tanda jadi. Catatan kepada mereka adalah: tidak boleh ada paku saat pemasangan janur dan pisang-pisang yang akan dipajang nanti, harus sudah matang pada hari Jumat nya. Maklum, hari Senin adalah libur nasional, dan kami tidak ingin, pisang-pisang itu 'terbuang' percuma. Pemesanan, done.
Selanjutnya..bagaimana cara menggantung kain-kain batik tadi? Benda yang terpikirkan adalah: ring kayu besar atau gantungan yang terbuat dari gantungan untuk gordyn dengan ukuran yang bisa pas untuk digantungkan di perpustakaan. Setelah urusan janur selesai, tujuan selanjutnya adalah pasar Cipadu (atas usulan Pak Yanyan) untuk mencari rel gantungan gordyn agar bahan-bahan batik pinjaman tadi bisa dipajang. Kami mendapatkan rel gordyn abu-abu model lama, dan kami minta agar dipotong-potong sepanjang 50cm sebanyak 12 buah, dengan pertimbangan kain-kain ini akan digantung di lampu-lampu dengan sekian banyaknya, kira-kira.
Hari Kamis
Pagi hari, pengumpulan bahan-bahan display dari kawan-kawan di Cental Admin. Beberapa ada yang dengan sukarela mengantarnya ke perpustakaan. Setelah terkumpul dan dimintai sedikit keterangan tentang bahan-bahan batik pinjaman mereka, kain-kain cantik ini siap dipajang dan dilabel terlebih dahulu.
Mari kita cari cara dengan mencoba-coba menggantungkan kain ini di rel gordyn yang sudah dipesan kemarin. Dengan paper clips ukuran besar, rel gordyn yang sudah diberikan pengait di kedua ujungnya kami gantung di frame lampu-lampu perpustakaan.
Kain-kain batik ini kami beri label keterangan singkat dan nama orang yang meminjamkannya kemudian ditempelkan diujung kain. Dengan demikian, ketika pengunjung melihat-lihat 'pameran' batik ini, mereka dapat membaca sekilas tentang jenis kain batik yang dipamerkan, dan nama yang meminjamkannya, Semacam bentuk apresiasi, begitu.
Oia, untuk menunjukkan tema Sumatra Utara, baju tradisional khas dari daerah ini pun kami pajang dengan menempelkannya di papan display. Plus, keterangan singkatnya.
Kami benar-benar memanfaatkan setiap sumbangan kain batik dari teman-teman, untuk taplak meja, penghias sofa, hiasan di atas kaca akrilik...all must go up for the display!
Kamis sore, janur pun terpasang sesuai dengan pesanan. Pelan-pelan, dekorasi di area perpustakaan pun kami dandani. Karena tidak cukup waktu, finishing kami lakukan pada Jumat pagi.
Hari Jumat: the "D" day
Saya mampir ke pasar untuk membeli penganan kue kue kecil khas Indonesia, untuk kami display sekaligus juga dicicipi pengunjung. Karena ada sebagian kue tradisional Indonesia mengandung ketan yang berpotensi alergi bagi beberapa orang bule, terpaksa kami simpan untuk pengunjung orang Indonesia saja. Namun, ada kue kering imut yang bisa dinikmati semua orang. Terbukti, kue-kue ini nyaris habis saat kelas - kelas 7 assembly di perpustakaan.
Saat hari menjelang siang, Kepala Sekolah mendatangi ruangan saya dan memberikan apresiasinya. Beliau nampak senang, karena dengan waktu yang mepet, perpustakaan dapat disulap dan memberi kesan vibrate seperti yang diingininya dengan biaya Rp 1.500.000,- saja. Menurut saya ini bisa disebut sebagai salah satu achievement. [Kata achievement (n) berarti: prestasi (Compact Indonesian Dictionary oleh Katherine Davidsen). Prestasi atau prestasi kerja adalah hasil kerja yg dicapai oleh seorang karyawan dl melaksanakan tugas yg dibebankan kepadanya; kinerja (Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/prestasi/mirip#ixzz2xgoZin9D).]
Yuk, lihat foto-fotonya:
Otak saya berputar cepat. Dengan waktu mepet, bagaimana caranya supaya perpustakaan bisa membuat display yang berbeda seperti yang diinginkan Kepala Sekolah? Informasi tentang Sumatra Utara relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber yang kami miliki. Bagaimana dengan 'penampilan' perpustakaan? Dekorasi macam apa yang cocok? Dengan waktu yang tersisa hanya hingga hari Kamis, dan sekarang hari Selasa. Tiga hari, atau dua setengah hari. Rasanya yang berputar bukan saja otak, tapi kedua mata juga ikut muter-muter.
Ok.
Pertimbangannya seperti ini: sentuhan apa yang harus dibuat agar meski sederhana, preparation nya tidak memakan waktu lama namun dapat memberi efek vibrate. Think...think....thinkkk...
Voila...ini pemikiran yang muncul:
- Pintu masuk, merupakan pintu utama pemandangan awal para pengunjung yang perlu ditangkap untuk mendapatkan kesan vibrate saat masuk ke perpustakaan. So perlu didekor heboh.
- Dekorasi di dalam perpustakaan dapat memanfaatkan sarana yang dimiliki perpustakaan atau sekolah, tanpa ekstra kerja keras yang makan waktu, namun bisa memberi kesan 'wah' setelah pengunjung masuk perpustakaan. Apa itu ya?
- Waktu tinggal dua hari lagi, perpustakaan tetap harus buka sehingga pendekorasian dilakukan dalam jam layan perpustakaan.
Baiklah.
Ini ide yang tercetus:
- Pintu masuk diberi janur seperti pesta pernikahan. Hal terpenting, menangkan perhatian 'beda' dari pengunjung.
- Mencari informasi tentang Sumatra Utara untuk didisplay di tangga pintu masuk lewat buku-buku yang dimiliki perpustakaan dan internet
- Menggantung kain-kain batik dari berbagai daerah di Indonesia di area perpustakaan
- Menghubungi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk bahan-bahan display tentang pariwisata di Indonesia. (Sayangnya, kami tidak mempunyai waktu lagi untuk berkungjung ke kantor ini untuk mengambil benda-benda display. Namun, dari website mereka,kami menemukan video menarik tentang kuliner Indonesia, yang kami putar selama hari itu. Barang-barang ini kemudian kami ambil setelah beberapa minggu kemudian. Semua kami dapatkan secara CUMA CUMA)
Mari dieksekusi!
Hari Rabu.
Berhubung waktu mepet, yang terpikir untuk display kain-kain batik adalah dengan MEMINJAM koleksi teman-teman BIS. Pagi hari, berkunjunglah saya ke gedung admin dan menemui teman-teman di sana dengan mengungkapkan maksud tujuan peminjaman kain-kain batik tadi. Dicatat nama-nama DAN nomor telepon mereka, agar mudah diingatkan nantinya. Inilah contoh sederhana kekuatan berjejaring dan berteman baik (semoga mereka juga melihat hal yang sama ya :)). Teman-teman dengan sukarela menyatakan kesediaannya untuk membawa beberapa koleksi mereka.
Setelah urusan pinjam meminjam selesai, mari ke Pasar Lembang, Cileduk bersama Dape dan pak Yanyan-supir sekolah-, mencari jasa membuat janur kuning. Diskusi berlangsung singkat, dan sepakat menentukan pilihan serta memberi uang muka tanda jadi. Catatan kepada mereka adalah: tidak boleh ada paku saat pemasangan janur dan pisang-pisang yang akan dipajang nanti, harus sudah matang pada hari Jumat nya. Maklum, hari Senin adalah libur nasional, dan kami tidak ingin, pisang-pisang itu 'terbuang' percuma. Pemesanan, done.
Selanjutnya..bagaimana cara menggantung kain-kain batik tadi? Benda yang terpikirkan adalah: ring kayu besar atau gantungan yang terbuat dari gantungan untuk gordyn dengan ukuran yang bisa pas untuk digantungkan di perpustakaan. Setelah urusan janur selesai, tujuan selanjutnya adalah pasar Cipadu (atas usulan Pak Yanyan) untuk mencari rel gantungan gordyn agar bahan-bahan batik pinjaman tadi bisa dipajang. Kami mendapatkan rel gordyn abu-abu model lama, dan kami minta agar dipotong-potong sepanjang 50cm sebanyak 12 buah, dengan pertimbangan kain-kain ini akan digantung di lampu-lampu dengan sekian banyaknya, kira-kira.
Hari Kamis
Pagi hari, pengumpulan bahan-bahan display dari kawan-kawan di Cental Admin. Beberapa ada yang dengan sukarela mengantarnya ke perpustakaan. Setelah terkumpul dan dimintai sedikit keterangan tentang bahan-bahan batik pinjaman mereka, kain-kain cantik ini siap dipajang dan dilabel terlebih dahulu.
Mari kita cari cara dengan mencoba-coba menggantungkan kain ini di rel gordyn yang sudah dipesan kemarin. Dengan paper clips ukuran besar, rel gordyn yang sudah diberikan pengait di kedua ujungnya kami gantung di frame lampu-lampu perpustakaan.
Kain-kain batik ini kami beri label keterangan singkat dan nama orang yang meminjamkannya kemudian ditempelkan diujung kain. Dengan demikian, ketika pengunjung melihat-lihat 'pameran' batik ini, mereka dapat membaca sekilas tentang jenis kain batik yang dipamerkan, dan nama yang meminjamkannya, Semacam bentuk apresiasi, begitu.
Oia, untuk menunjukkan tema Sumatra Utara, baju tradisional khas dari daerah ini pun kami pajang dengan menempelkannya di papan display. Plus, keterangan singkatnya.
Kami benar-benar memanfaatkan setiap sumbangan kain batik dari teman-teman, untuk taplak meja, penghias sofa, hiasan di atas kaca akrilik...all must go up for the display!
Kamis sore, janur pun terpasang sesuai dengan pesanan. Pelan-pelan, dekorasi di area perpustakaan pun kami dandani. Karena tidak cukup waktu, finishing kami lakukan pada Jumat pagi.
Hari Jumat: the "D" day
Saya mampir ke pasar untuk membeli penganan kue kue kecil khas Indonesia, untuk kami display sekaligus juga dicicipi pengunjung. Karena ada sebagian kue tradisional Indonesia mengandung ketan yang berpotensi alergi bagi beberapa orang bule, terpaksa kami simpan untuk pengunjung orang Indonesia saja. Namun, ada kue kering imut yang bisa dinikmati semua orang. Terbukti, kue-kue ini nyaris habis saat kelas - kelas 7 assembly di perpustakaan.
Saat hari menjelang siang, Kepala Sekolah mendatangi ruangan saya dan memberikan apresiasinya. Beliau nampak senang, karena dengan waktu yang mepet, perpustakaan dapat disulap dan memberi kesan vibrate seperti yang diingininya dengan biaya Rp 1.500.000,- saja. Menurut saya ini bisa disebut sebagai salah satu achievement. [Kata achievement (n) berarti: prestasi (Compact Indonesian Dictionary oleh Katherine Davidsen). Prestasi atau prestasi kerja adalah hasil kerja yg dicapai oleh seorang karyawan dl melaksanakan tugas yg dibebankan kepadanya; kinerja (Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/prestasi/mirip#ixzz2xgoZin9D).]
Yuk, lihat foto-fotonya:
Comments