Remembering Papa Yusof Gajah: Sosok Inspiratif Ilustrator dan Penulis Cerita Anak Malaysia


Perjumpaan pertama saat saya menghadiri Festival Sastera Kanak (FSK) di Kuala Lumpur, Malaysia, atas undangan Cikgu Nurhayati Razali atau Cikgu Yari saya biasa memanggilnya. Sebelum sesi saya sebagai nara sumber, saya berkesempatan mengunjungi booth nya dan tentu saja..lukisan Gajah betebaran dimana - mana.


"ingin tahu mengapa saya menjadi Yusof Gajah dan mengapa saya memilih Gajah, silakan googling," masih teringat jelas senyumnya saat itu. Tentu saja, terbayang jika Pa Yusof harus menceritakan alasan itu kepada setiap orang baru yang dikenalnya, bukan?


Perjumpaan pertama saya di FSK, Kuala Lumpur, tahun 2015

Pertemuan saat itu tidak berhenti di lokasi pameran. Kami, saya dan beberapa penulis dan ilustrator buku Anak Indonesia yang saat itu menghadiri acara ini, juga diundangnya. Mereka sudah saling mengenal sebelumnya nampaknya. Kami juga diperkenalkan dengan beberapa orang Korea, yang nampaknya sudah sangat akrab dengan Pa Yusofdan Mama Zakiah. Demikian panggilan pasangan suami istri yang nampak sekali keharmonisannya. Mama Zakiah nampak sibuk pula membantu di tengah-tengah kesibukan pameran.




Kunjungan pertama yang begitu hangat bersama sahabat Pa Yusof
 dan Mama Zakiah



Dalam perbincangan yang santai namun hangat itu, saya belajar banyak dari Pa Yusof tentang penulisan buku cerita anak berilustrasi. Tentu saja, saya menyimpan semua ilmu yang saya dapat saat itu. Saya sudah bertekad dalam Hati untuk satu saat nanti, saya akan menghasilkan sebuah buku Anak berilustrasi yang teorinya, sudah saya pelajari, tuliskan dan presentasikan di Konferensi International Association of School Library (IASL) di Dublin, Irlandia tahun 2004. 


Keadaan mendesak, biasanya mempercepat proses kreatifitas. Demikian juga saya. Tertarik dengan lomba pembuatan buku cerita anak di acara Asian Festival of Children's Content 2018 oleh Scholastic Book Award Asia, maka jadilah sebum buku berjudul Arsa and His Yihaaa School karya saya bersama ilustrator Agusta Kris Yonatan. Karena mendesak, saya tidak sempat berkonsultasi dengan Pa Yusof sebelum diserahlan ke Panitia. Namun demikian, Pa Yusof tetap memberikan masukan setelahnya, meski saya tidak memenangkan award ini.


Kembali lagi ke pertanyaan Mengapa Gajah, disuatu kesempatan saat saya bisa Datang lagi ke rumah Papa Yusof di Batu Cave yang sudah didekorasi dengan artistik bernuansa gajah, bincang santai pun terjadi.



Bincang sore ditemani penganan kue jajanan pasar dan teh poci hangat.


Nama lengkap Papa Yusof adalah Mohd Yusof Ismail, yang dikenal sebagai 'master of naive paintings' dan sering disebut sebagai 'elephant man of art'.


Papa Yusof memenangkan beberapa penghargaan baik secara nasional maupun internasional, seperti The Grand Prix (The Real Elephant) Noma Concours for Children's picture Book Illustration by ACCU in Tokyo, Japan.


Pendidikan seninya diperoleh dari Singapore dan Indonesia yaitu Sekolah Seni Rupa Indonesia dan Akademi Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta. [Itu sebabnya, Kota Yogyakarta selalu menjadi kota yang akrab baginya. Pernah suatu saat bersamaan kami berjumpa di kota itu, dan Papa Yusof mengatakan bahwa ia selalu bermalam di Salah satu hotel daerah jalan Malioboro. Hotel langganannya sejak dulu.]

Sejak itu, ia mengadakan pameran di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Kediri, Yogyakarta, Madura, Surabaya, Bandung serta negara-negara seperti Jepang, Czechoslovakia, Thailand, Norway, Sweden dan kota-kota di Malaysia tentunya.



"Elephabet: an ABC of Life as seen by Yusof Gajah"


"Elephant is a constant source of inspiration for me. I have this fantasy and imagination where I can see a lot of things. The elephants in my paintings are not real elephants but are done in relation to humans" . ~ Elephabet



Gajah merah dengan mata bulat di galery.



Telinga gajah yang besar dapat diambil filosofinya bahwa kita mendengar lebih banyak dengan telinga kita, dan mengatupkan mulut kita (mulut gajah tertutup oleh belalainya). 

Lebih banyak mendengar dan sedikit bicara.


Gajah terkenal sebagai hewan yang pintar, setia dan disiplin. 

Gajah suka berpetualang dan konon mempunyai kehidupan sosial yang agak rumit.


Dari belalainya, kita dapat belajar bagaimana .memanfaatkan bagian tubuh kita untuk melakukan hal-hal yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan kita...atau untuk menolong orang lain.


Gajah memiliki sifat agresif, perhatian dan senang bersosialisasi serta mudah berempati.




Mama Zakiah dan Papa Yusof dengan'seragam batik' gajah nya.
 Gajah juga mempunyai sifat setia pada pasangannya.


Mama Zakiah berkreasi untuk menjadikan lukisan gajah Papa Yusof menjadi desain batik yang unik. Saya bersyukur sekali memilikinya karena kebaikan hari mereka. Saya mengenakannya di salah satu acara penting Perpustakaan Nasional.


Penyerahan Naskah Hasil Kelompok Kerja NSK Perpustakaan Sekolah Kepala Drs Deni Kurniadi, M.Hum yang saat ini menjabat Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional




Gajah bersifat pemaaf dan bisa mengingat 25 perintah yg diajarkan


Gajah tenaganya kuat, punya rasa persatuan yang tinggi dan saling melindungi. 

Jika betina gajah sedang hamil, gajah betina lainnya akan mendampinginya



Salah satu buku keren karya Pak Yusof. Saya senang sekali dengan gajah  kuning beranting di illustrais ini


Lets check H for Hanna:

Hate:
Some people may hate you for what you are but dont hate them or you will destroy yourself.


Adudududu.... saya tidak akan menghancurkan diri saya sendiri dengan membenci orang yang membenci saya

Coba cek huruf K untuk Kathy:

Knowledge
The beginning of knowledge is when we do not understand. This makes us search for understanding and the knowledge gained empowers us.


Memori yang indah saat Bersama Papa Yusof dan Mama Zakiah


Berterima kasih kepada CikGu Yati yang sudah mengenalkan saya pada Papa Yusof dan Mama Zakiah. Sangat beruntung saya.


Kunjungan Papa Yusof, Prof Sidik, Cikgu Yati, tetamu dari Malaysia ke kantor APISI di Rumah Ndekem saat itu. Kenangan Indah

Comments