Pustakawan Profesional Versi Saya...
Hari Kamis 6 November 2008 saya mendatangi Bogor lagi untuk memenuhi undangan Panitia Seminar "Peningkatan Profesionalisme Pustakawan Dalam Pengembangan Perpustakaan Berbasis TIK" yang diselenggarakan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia, Bogor. Seminar ini dilaksanakan di PUSTAKA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) Bogor.
Tema profesionalisme merupakan tema baru bagi saya [maklum, yang dibicarakan selama ini kan literasi informasi terus....]Tema TIK, tema yang malah tidak saya kuasai sama sekali. Sebetulnya saya - malah kita semua saat ini malah sudah berkecimpung dan terlibat dalam dunia TIK. Lalu apa hubungannya dengan profesionalisme.
Ini pelajaran baru buat saya
Saya bersyukur karena mempunyai rekan-rekan yang tidak pelit untuk berbagi. Dari Bu Umi di Yogya, saya belajar tentang Library 2.0. Dari Faridah di Singapore, saya mendapatkan akses luas tentang Library 2.0 dan Information Literacy. Salah satunya adalah sumber dari situs slideshare yang dari dalamnya ada beberapa tentang topik ini dari para penulis di UK. Dari pak Blasius Sudarsono, LIPI Jakarta, saya malah dapat artikel komplet tentang Perpustakan 2.0. Tuh kan, tidak sadar kita sudah terjaring dalam kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ini, ya! Ini belum termasuk chit chat di YM. Diskusi pun bergulir. Hal yang pasti di dapat adalah proses belajar yang terjadi dalam situasi informal, bahkan cenderung maintain relasi sosial ya! Dan kita bisa belajar darinya. Ada relasi, ada komputer, ada koneksi ke jaringan, ada keinginan untuk bertanya dan keinginang untuk berbagi.
Tentang profesionalisme
Dalam paper saya, menilik dari arti kata profesi dan profesional ada tiga kata kunci yang terkandung dalamnya yaitu: pekerjaan yang bisa memberi nafkah, ada latar belakang pendidikannya dan keahlian serta ketrampilan yang diperolehnya dari pendidikan tersebut. Dalam dunia pustakawan sekolah, ada beberapa standard yang dapat digunakan sebagai acuan, beberapa diantaranya adalah:
- Standard Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008)PERMEN ini menjabarkan kualifikasi dan kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui jalur Pendidik, Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui Jalur Tenaga Kependidikan serta Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
- Standards of Professional Excellence for Teacher Librarians yang dikeluarkan oleh Australian Library and Information Association (ASLA).
Di Australia, negara tempat tumbuh kembangnya profesi teacher librarian menyatakan bahwa untuk menjadi pustakawan guru, maka seseorang seharusnya memiliki klasifikasi ganda dari pendidikan guru dan pendidikan pustakawan. Di Indonesia, belum ada yang mengatur hal ini.
Kita di mana?
Sekarang, bagaimana mengaitkan ke profesionalime-an di dunia pustakawan jika dikaitkan dengan trend TIK saat ini?
- TIK bukan merupakan ancaman bagi perpustakaan , melainkan alat bantu yang pandai dan cerdas untuk transportasi informasi
- Pustakawan profesional mau tidak mau, suka tidak suka dihadapkan pada pilihan apakah mereka ikut di dalamnya atau keluar sama sekali
- Kalau keputusannya ya, maka Pustakawan profesional perlu memikirkan ide-ide kreatif dalam memberikan layanan kepada penggunanya melalui TIK
Untuk itu, ada 4 kompetesi, menurut saya, yang harus ada pada pustakawan profesional:
- Belajar sebagai gaya hidup (kendaraannya sudah jelas...literasi informasi)
- Berpikir terbuka
- Berbagi (membaca dan menulis)
- Berkembang secara konsisten melalui profesional development.
Oya kalau keputusannya adalah tidak mau ikut dalam dunia yang baru ini, ya..tak apa sih, tapi tak usah komplain tentang rewards, tunjangan, apalagi apresiasi. Tinggal aja terus dalam warung itu selama-lamanya, dan teruslah berjuang dengan sistem, yang disebut pak Blasius, sistem warung. Kalau ada yang beli, sukur, tak ada yang beli, tak apa....
Monggo...sila dipilih...
Tema profesionalisme merupakan tema baru bagi saya [maklum, yang dibicarakan selama ini kan literasi informasi terus....]Tema TIK, tema yang malah tidak saya kuasai sama sekali. Sebetulnya saya - malah kita semua saat ini malah sudah berkecimpung dan terlibat dalam dunia TIK. Lalu apa hubungannya dengan profesionalisme.
Ini pelajaran baru buat saya
Saya bersyukur karena mempunyai rekan-rekan yang tidak pelit untuk berbagi. Dari Bu Umi di Yogya, saya belajar tentang Library 2.0. Dari Faridah di Singapore, saya mendapatkan akses luas tentang Library 2.0 dan Information Literacy. Salah satunya adalah sumber dari situs slideshare yang dari dalamnya ada beberapa tentang topik ini dari para penulis di UK. Dari pak Blasius Sudarsono, LIPI Jakarta, saya malah dapat artikel komplet tentang Perpustakan 2.0. Tuh kan, tidak sadar kita sudah terjaring dalam kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ini, ya! Ini belum termasuk chit chat di YM. Diskusi pun bergulir. Hal yang pasti di dapat adalah proses belajar yang terjadi dalam situasi informal, bahkan cenderung maintain relasi sosial ya! Dan kita bisa belajar darinya. Ada relasi, ada komputer, ada koneksi ke jaringan, ada keinginan untuk bertanya dan keinginang untuk berbagi.
Tentang profesionalisme
Dalam paper saya, menilik dari arti kata profesi dan profesional ada tiga kata kunci yang terkandung dalamnya yaitu: pekerjaan yang bisa memberi nafkah, ada latar belakang pendidikannya dan keahlian serta ketrampilan yang diperolehnya dari pendidikan tersebut. Dalam dunia pustakawan sekolah, ada beberapa standard yang dapat digunakan sebagai acuan, beberapa diantaranya adalah:
- Standard Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008)PERMEN ini menjabarkan kualifikasi dan kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui jalur Pendidik, Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui Jalur Tenaga Kependidikan serta Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
- Standards of Professional Excellence for Teacher Librarians yang dikeluarkan oleh Australian Library and Information Association (ASLA).
Di Australia, negara tempat tumbuh kembangnya profesi teacher librarian menyatakan bahwa untuk menjadi pustakawan guru, maka seseorang seharusnya memiliki klasifikasi ganda dari pendidikan guru dan pendidikan pustakawan. Di Indonesia, belum ada yang mengatur hal ini.
Kita di mana?
Sekarang, bagaimana mengaitkan ke profesionalime-an di dunia pustakawan jika dikaitkan dengan trend TIK saat ini?
- TIK bukan merupakan ancaman bagi perpustakaan , melainkan alat bantu yang pandai dan cerdas untuk transportasi informasi
- Pustakawan profesional mau tidak mau, suka tidak suka dihadapkan pada pilihan apakah mereka ikut di dalamnya atau keluar sama sekali
- Kalau keputusannya ya, maka Pustakawan profesional perlu memikirkan ide-ide kreatif dalam memberikan layanan kepada penggunanya melalui TIK
Untuk itu, ada 4 kompetesi, menurut saya, yang harus ada pada pustakawan profesional:
- Belajar sebagai gaya hidup (kendaraannya sudah jelas...literasi informasi)
- Berpikir terbuka
- Berbagi (membaca dan menulis)
- Berkembang secara konsisten melalui profesional development.
Oya kalau keputusannya adalah tidak mau ikut dalam dunia yang baru ini, ya..tak apa sih, tapi tak usah komplain tentang rewards, tunjangan, apalagi apresiasi. Tinggal aja terus dalam warung itu selama-lamanya, dan teruslah berjuang dengan sistem, yang disebut pak Blasius, sistem warung. Kalau ada yang beli, sukur, tak ada yang beli, tak apa....
Monggo...sila dipilih...
Comments