Renungan Akhir Tahun 2008

Pertengahan Desember, saat kami duduk menikmati hotdog di sudut sebuah mal di kawasan Bintaro, lamat-lamat saya mendengar sebuah lagu Auld Lang Syne. Sebuah lagu klasik untuk pergantian tahun dari waktu ke waktu. Saat itu, hati saya tersentak, tahun 2008 akan segera berakhir. Secara cepat otak saya seolah mengulang kembali peristiwa yang telah terjadi selama tahun 2008. Cuplikan peristiwa yang secara cepat terputar dalam benak saya. Kilatan peristiwa tak beruntun itu kemudian membawa saya pada situasi hati yang …sedikit sedih. Tahun 2008 akan segera ditinggalkan, dan sorak sorai akan menyambut tahun 2009. Banyak kenangan manis yang harus menjadi sebuah memori. Demikian pula dengan kenangan pahit. Memori yang berkaitan dengan peristiwa, orang-orang, kasih mengasihi, jauh menjauhi, diam mendiami, suka tak sukai, mewarnai tahun 2008 yang sebentar lagi akan menjadi masa lalu.

Setelah hampir mengabdi selama empat belas tahun di sekolah tempat saya bekerja, rasanya tiada kata lain selain ungkapan syukur saya atas tanggung jawab yang Tuhan berikan pada saya di tempat ini. Beragam lika-liku peristiwa terjadi serta interaksi saya dengan komunitas sekolah kian membuat saya semakin terasah, semakin dewasa dan semakin matang menghadapi suatu peristiwa. Kadang aspek kemanusiaan yang masih terpengaruh oleh emosi jiwa menyeruak juga saat melihat adanya ketidakberesan atau ketidaksesuaian diri. Disinilah ungkapan manusia diasah oleh sesamanya berperan. Tanggung jawab baru mungkin sekali akan menyapa di tahun – tahun mendatang. Ada rasa kawatir dan ragu saat memikirkannya. Tapi, saat melihat ke belakang-dan mengambil pelajaran darinya-, kesempatan-kesempatan baru ini membuat kita semakin dewasa dalam cara kita berpikir, memecahkan masalah dan berinteraksi dengan orang lain. Namun demikian, persiapan mental tetap perlu dilakukan.

Tahun cacing kena kapur
Tidak dipungkiri lagi kalau APISI merupakan sebuah wadah yang menampung aktualitas diri saya sebagai pustakawan sekolah seutuhnya. Mengambil peran dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan APISI, menolong saya untuk memahami lebih dalam lagi akan peran dan kontribusi profesi saya bagi masyarakat kepustakawanan Indonesia. Memang asosiasi ini masih terbilang muda. Masih banyak kekurangan yang terjadi di sana-sini. Tapi semangat, komitmen kerja dan partisipas aktif serta kontribusi pengurus yang tergabung di dalamnya sangat berperan penting dalam pengembangan sayap profesionalitas kepustakawanan, di bidang kepustakawanan sekolah di Indonesia khususnya untuk melangkah pasti maju ke depan. Memasuki tahun ketiga yang merupakan tahun terakhir masa bakti kepengurusan pertama, APISI telah bergerak bagai cacing kena kapur. Tidak bisa diam. Rasanya, keinginan untuk mempercepat langkah kemajuan ingin segera dilakukan secepat mungkin dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tentu saja, hal ini tidak mungkin. Ke depannya, APISI sangat berharap pada potensi pustakawan – pustakawan muda yang merasa terganggu melihat dunia kepustakawanan Indonesia yang berjalan lambat langkahnya. UU no 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan telah disahkan. Sosialisasinya dilakukan di berbagai pelosok Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI tentang Kompetensi Tenaga Pengelola Perpustakaan dapat dikatakan senagai awal tantangan profesi ini untuk terus bergerak maju ke arah yang lebih baik lagi. Sekali lagi dan tidak pernah berhenti saya berterima kasih bagi para senior – senior di bidang kepustakawanan di Indonesia yang mau terlibat secara langsung untuk turut serta berpartisipasi aktif memberikan masukan bagi APISI. Ada baiknya sejarah yang keliru tidak terulang, bukan.

Kegiatan gerejawi rasanya memiliki porsi paling sedikit dalam komitmen di tahun 2008. Rasanya segala perhatian, tenaga dan energi sudah habis terserap saat APISI mempersiapkan kegiatan internasionalnya di bulan Juli. Malu sebetulnya. Tapi ini mungkin akibat dari ’kerakusan’ akan kegiatan dan keinginan melakukan banyak hal sekaligus tanpa memperhitungkan kapasitas diri, waktu, tenaga dan pikiran. Bersyukur memiliki kawan-kawan yang cukup suportif. Agenda kegiatan berjalan, namun memang agak lambat.
Satu peran yang sangat penting namun sering dilupakan adalah suami dan anak-anak. Kegiatan sehari-hari kadang mengaburkan makna dukungan relasi antar keluarga. Penting: anak bertumbuh dengan cepat. Nilai-nilai apa yang patut diajarkan pada mereka SAAT INI sebelum terlambat.

Siap memasuki tahun 2009

Pelajaran nomor satu:
Dalam beberapa jam lagi, tahun 2009 akan menggantikan tahun 2008. Ingatlah bahwa dengan banyaknya keinginan kita untuk memberi pada orang lain, diri kita juga perlu perhatian. Pola makan dan pola hidup sehat serta olah raga teratur penting untung diperhatikan. Tentu akan sulit bagi kita untuk berkontribusi lebih dan lebih lagi jika kondisi fisik kita tidak memungkinkan, bukan?

Pelajaran nomor dua:
Belajar bilang TIDAK terhadap kegiatan, tawaran yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan-kegiatan yang memang menjadi prioritas. Kalau memang bisa ditolak, tolaklah karena tidak berkaitan langsung dengan kegiatan inti, atau mulai dengan pendelegasian. Ingat, bahwa menolak bukan berarti melulu negatif, tapi ini semata-mata menjaga kualitas kegiatan yang menjadi prioritas kita. Menolak berarti kita mau menjaga konsitensi dan apresiasi terhadap tanggun jawab yang sudah menjadi prioritas kita. Dengan demikian, ketika ada tawaran atau permintaan yang datang, telaah baik-baik. Apakah tawaran ini berkaitan langsung dengan apa yang sedang menjadi prioritas kita saat ini? Dapatkan didelegasikan? Kalau tidak, katakan TIDAK dan tetaplah membina hubungan baik dengan mereka yang memberikan tawaran itu. Ketidak hati-hatian dalam menerima setiap tawaran akan menjadikan kita tidak fokus terhadap tujuan kegiatan prioritas kita.

Selamat tinggal 2008
Hidup ini indah, ketika kita memaknainya dengan beragam kegiatan dan aktifitas yang bermakna bagi orang lain. Segala tanggung jawab yang diberikan saat ini merupakan sekolah yang akan membawa kita dari tingkat kepandaian dari level satu ke level yang lebih tinggi nantinya. Ujiannya adalah diri sendiri. Kesuksesan diraih saat kita mau jujur pada diri sendiri dalam mengukur seberapa total kita mau memberi dan melayani orang lain, dan sikap hati yang mau terbuka terhadap koreksi ke arah yang lebih baik. Itu bisa dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita, bahkan oleh diri kita sendiri. Bahwa hidup adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi orang lain.

Selamat Datang Tahun Baru, Tahun 2009!

Comments